Rabu, 21 Februari 2018

Kisah Si John Kolektor Arloji

Di sebuah warung makan. Si John bersama keluarga menikmati  hangatnya Mie Jawa di sudut kota Jogja. Sambil menunggu mie yang dipesen mateng, tiba tiba ada seorang mas mas menghampirinya. Mereka sama sama makan di warung itu. Perbincanganpun terjadi.

" Mase pemain jam ya? Jamnya bagus."
"Ohw..bukan bang, ini pemberian dari kakek saya kog." Si John berlagak.
"Mau dijual berapa tuh arlojinya?"
"Heheheh...masih senang bang, sementara masih saya pake dulu." Si John berbasa basi.
"Jam bagus...kalo misal nanti berubah pikiran, saya berminat beli. Saya mau jam itu, 8juta. ini nomer HP saya, silakan dihubungi jika nanti mau di jual."

Mas mas itu segera keluar warung dan bersalaman sambil memberikan secarik kertas.

"oh..ya..terimakasih." kata yang sempat keluar dari bibir si John setengah terkaget kaget.

Selesai makan di warung, segera Si John memacu kendaraannya untuk segera sampai di rumah. Ada apa dengan gerangan jam tangan buluk ini? Kenapa ditawar 8juta.

Sesampai di rumah, segera Si John buka buka google berselancar mencari identitas jam tangan buluknya.

"Owh ternyata...ternyata..." Gumam john dalam hati penuh impian diatas kepalanya.

Arloji yang dia pakai, ternyata salah satu arloji dengan harga cukup tinggi di tahun 2000an. Arloji dia peroleh di pasar senthir Klithikan di bilangan Pasar Beringharjo kala itu. Dia beli dengan harga cukup 150ribu saja.

Si John berubah pikiran. Jam Tangan buluknya dia lego ke mas mas yang ngasih no telpon. Uang dari penjualan separuh di tabung dan separuhnya dia belikan jam tangan di Klithikan lagi. Dia borong saat itu. Siapa tau jadi berlipat lipat.

Arloji yang dia borong ternyata tidak semuanya bernilai fantastis.
Mulai saat itu si John mulai belajar dunia Horologi.

Konon, saat ini koleksi arlojinya paling banyak di Jogja.

* Kisah hanya ilustrasi syukur mendekati kebenaran.
* Salam untuk Si John yang lama tidak bertemu.

Bantul. 21022018









0 komentar:

Posting Komentar