MAN JADDA WA JADA. Barangsiapa yang bersungguh sungguh maka ia akan berhasil. Demikianlah ungkapan. Sesiapa dengan sekuat tenaga meski penuh keterbatasan, yakinlah bahwa keberhasilan akan menghampiri.
Sebuah kisah yang diceritakan oleh salah seorang teman.
Disebuah desa di pinggiran sebelah barat Yogyakarta. Berdiamlah seorang keluarga sederhana. Ayahnya seorang buruh tani, sementara sang ibu seorang pengrajin tempe.
Dari keluarga ini, tumbuh seorang remaja biasa. Remaja kampung yang tidak begitu pandai. prestasi akademiknya juga biasa biasa saja di salah satu sekolah menengah swasta.
Karena anak ini rajin membantu ibunya membikin tempe, ia sering membaca sobekan koran bekas untuk bungkus tempe tersebut. Dari kebiasaan membaca koran bekas inilah timbul niatnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi.
Secara nalar memang sangat tidak lazim untuk bisa meneruskan ke perguruan tinggi. Sekolah Menengah Atas Swasta dengan prestasi biasa biasa. Apalagi melihat orang tuanya dalam keadaan kekurangan. Untuk memenuhi kebutuhan dasar harian saja mesti bekerja keras.
Untuk beberapa saat kepalanya pusing untuk mendapatkan solusi bagaimana dia harus berjuang untuk bisa masuk ke perguruan tinggi.
Alhmadulillah akhirnya jalan keluar datang juga. Dengan tergopoh gopoh dia mendatangi salah seorang kerabat di kota untuk bekerja serabutan. Hasil dari jerih payahnya selamat setahun dia kumpulkan untuk mengikuti bimbingan belajar di sebuah lembaga.
Karena dia mengetahui, prestasi yang pas pasan tidak mungkin bersaing dengan siswa lain yang lebih pinter dan ditunjuang dengan fasilitas.
Setelah menempuh belajar selama satu tahun di bimbel, akhirnya bisa diterima di sebuah perguruan tinggi negeri untuk jurusan exsak.
Selama setahun kuliah, pulang kuliah kembali bekerja pada seorang kerabatnya.
Karena jarak yang cukup jauh dengan kampus dan tempat kerja, maka dia memberanikan mencari tempat bekerja lain yang sekitaran kampus.
Dia mendapat tempat kerja dekat kampus di sebuah warung lesehan. Malam dia bekerja disitu, dengan hasil dan bisa makan gratis. Sementara paginya pergi ke kampus.
Hingga sampai semester tiga belajar di jurusan exsak yang sebenarnya tidak sesuai dengan yang dia harapkan dari awal. Maka, ketika ada kesempatan melanjutkan pendidikan di jurusan komunikasi, dia beralih kesitu meski mengorbankan waktu beberapa tahun lagi.
Berada di Kampus dengan jurusan Komunikasi, semakin menempa dirinya untuk sering menulis. Mencoba beberapa kali mengirim tulisan akhirnya bisa di terima dan dimuat disebuah koran lokal di Yogyakarta.
Dengan rajin mengirimkan naskah ke penerbit tambahlah uang sakunya untuk menambal kebutuhan selama pendidikan.
Jenjang pendidikan Sarjana diraih dengan segenap perjuangan dan keikhlasan.
Setelah cukup berpengalaman dalam dunia pembelajaran dan kepenulisan. Dia masuk kepada jenjang S2 di sebuah kampus di Semarang.
Jarak dari Rumah di Jogja ke Kampus di Semarang ditempuh dengan sepeda motor setiap akhir pekan. Pulang balik, hingga sudah berapa kali ban motornya pecah di jalan. Dan hafal betul titik titik jalan termpat oprasi kendaraan.
Selama satu setengah tahun melakukan perjalanan untuk kuliah menempuh S2, hingga sukses datang. Dia dapat meraih prestasi Nilai tertinggi dan Tercepat dalam meraih program S2.
Nah, inilah hasil dari kesungguhan dan ikhtiar yang tiada henti. Berkat doa dan dukungan orang tua, Allah memberikan kemudahan setelah berbagai hal yang sukar dia alami.
Semoga bermanfaat.
Jumat, 26 Juli 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar