Rabu, 10 April 2019

Berburu Masa Lalu di Kota Kudus

Menyambung kembali tali silaturahmi itu berat. Merakit kembali benang benang persaudaraan karena ada hubungan darah sangat dianjurkan dalam Islam.

Bahkan, ada sebuah hadist yang isinya kurang lebih, barang siapa yang bertandang ke rumah seseorang tanpa ada tendensi sesuatupun maka Allah akan mengampuni dosa dosanya.

Namun, bagi kita yang biasa jalan jalan dan bersilaturahmi hal tersebut menjadi pelecut untuk sering pergi melancong dengan dalih silaturahmi. gak ada salahnya kan...??

Aku & Menara Kudus.
Keluarga kami, mempunyai saudara di Kota Kudus. Beberapa tahun silam ketika ibu saya dan bude masih sugeng, saling berkunjung, terutama di hari hari istimewa. Idul Fitri, atau sedang hajatan.

Ketika aku masih SD agenda untuk ke Kudus menjadi agenda yang begitu ditunggu tunggu. Perjalanan melewati Secang, Ambarawa semarang. Melewati pemandangan hutan, perbukitan dan jalan turun berkelok menjadi sesuatu yang sangat indah. Apalagi nanti bisa diceritakan ke teman SD yang jarang jalan jalan.

Sepanjang kota semarang dan Demak waktu itu banyak melihat orang orang mandi di sepanjang sungai pinggir jalan. Namun sekarang sudah susah untuk ditemui.

Jalan jalan kota Kudus masih sejuk seperti dulu.
Menyusur jalan yang dua puluh tahun tidak terkunjungi membutuhkan ingatan yang lumayan. Memasuki kota Demak dan Kudus, ingatan kupaksa kembali mengingat jalan dan nama nama sebelum sampai ke lokasi rumah saudara.

Nama yang aku ingat adalah Pasar Kliwon, Pabrik Nojorono, Pasar Cangkerep dan tentu saja kampung Nganguk Pengapon.


Di gang ini dulu ada pasar pagi, namanya pasar Cangkerep dimana bude ku berjualan jamu.
Angkot warna hijau mengantarkanku ke Pasar Kliwon. Susah untuk mengingat, bagaimana dulu kondisi pasar ini dan perbedaan dengan sekarang. Aku lebih berkonsentrasi untuk mencari Pasar Cangkerep saja.

Lama tidak ke sini, aku ingin untuk segera sampai ke rumah bude. Sudah memasuki kampung Bude, yaitu Nganguk Pengapon. Memasuki gang gang kecil yang aku sudah tidak ingat lagi. Hanya berbekal insting dan kira kira. Hingga sampai sebuah masjid.

"Nah..ini keliatannya masjid yang dekat rumah bude. Kalo ujungnya adalah gang pinggir sungai maka dipastikan sudah sampai." Batinku.

Alhamdulillah benar dugaanku. Sampai sebuah sungai yang membelah kampung, berkelok. Kelokannya menuju ke gang ke rumah bude. Petualangan berakhir dengan manis.

Menara Kudus.

Bedug Masjid agung Kudus

Gerbang Menuju Masjid Komplek Menara Kudus.
Agenda kunjungan ke Kudus hanya sehari, maka paginya aku sempatkan berjalan dari rumah menuju Menara Kudus. Berjalan kaki sepanjang 1,5km sekalian olah raga.

Semoga suatu saat nanti  bisa berkunjung ke kota ini. Syukur bisa berkumpul bersama keluarga di Kudus.
This entry was posted in