Minggu, 22 April 2018

Mblusuk di Kampung yang Bergemuruh

Ahad siang (22/04/18) kamu sedang kemana?

Siang itu, selepas sholat dzuhur daripada bengong di rumah. Kupacu kendaraan ke jalan Samas Km 14an. Nyamper ke temen akrab waktu sekolah. Biasalah, ngobrol sana sini situ yang bermanfaat. Hingga pada suatu tema tentang rumahnya yang kosong tidak pernah ditinggali lagi.

"Kapan arep mrono?". Suatu ketika B mengajakku ke sebuah tempat.
"Sisan dolan nang Depok, sing wingi ono kabar jlegur jlegur kae. Kuwi cerak omahku mbiyen....." Katanya cukup meyakinkan.

Gaya bicara sales memang kadang kadang menjebak.

Dan siang itu, adalah penepatan janjiku kepadanya untuk menengok rumah tua miliknya sekaligus berkeliling di kampung Depok Gilangharjo Pandak Bantul. Siapa tau nanti mendengar bunyi jeglur jeglur yang baru. hehe...

Memasuki kampung Depok diawali dengan tikungan tajam meliuk di samping masjid. Pada Tanjakan pertama, sudah mulai terasakan nuansa perbukitan area Kecamatan Pandak.

Jalan sudah lumayan halus berbahan cor memasuki area kampung Depok.
Nuansa pedesaan dengan kontur berbukit menandakan kita telah sampai di Kampung yang pernah heboh dengan suara gemuruh beberapa waktu lalu.

Rumah rumah masih jarang. Makam terlihat disisi kiri memanjang.

Ketika disisi kiri sudah terlihat kandang ayam, tinggal tengok kekanan, disitulah warga mendengar suara gemuruh tiap lima hingga 10 menit.

Kandang ayam di sisi selatan jalan.
Disebelah kandang ayam, terlihat beberapa buah kijing berjajar. Dan diseputar kijing inilah, sumber gemuruh beberapa waktu lalu terdengar sayup sayup hingga mengabar sampai ke seputar Yogya.

Makam tua terlihat berjejer di utara jalan.
Beberapa saat dengan pak B, kuping kucoba untuk merekam kalo kalo ada suara gemuruh. Konsentrasi tinggi. sekitar lima menit sepuluh menit berdiam. mencari dan terus mencari. Ah..gak terdengar.

Dan akhirnya seorang teman pak B lewat. mengabarkan kalo sudah tiada terdengar lagi suara jeglur. Pak B berjalan menyusur ke selatan hingga terlihat jalan naik menuju area cukup luas.

Area mirip lapangan ada jalan setapak di tengahnya.
Motor aku parkir di pinggir jalan. Naik  menyusur jalan setapak mengikuti pak B dari belakang. Hingga ketemu rangkaian bambu seukuran rumah.

Tiang tiang dipancangkan disisi pojok untuk menopang alas yang berada diatas, karena bambu bambu sudah disusun rapi sebagai tempat duduk.
Gardu pandang setengah jadi.

Ternyata tempat ini adalah puncak. Dari sini bisa melihat pemandangan seputar  Depok disisi utara dan timur. Sebelah utara kampung kampung sekitar. Krekah, Nogosari,Temas,Jombok  bahkan kota Kecamatan Bambanglipuro.

Wow...Indah sekali, jika bisa naik keatas rumah/gardu pandang ini.

Sayang, saat itu tidak ada tangga tersedia untuk sampai keatas. Kami hanya hilir mudik di bawah.

Pohon pohon disekitar cukup indah menjadikan suasana tepat untuk beristirahat dan bersantai.

Persawahan dan kampung di sisi sebelah utara kampung Depok.
Disebelah timur terdapat bangunan semen dengan ukuran luas 35cm dan tinggi sekitar 90cm. emang bawa penggaris ?

Kata temen saya, di tempat itu dulu adalah titik pengeboran minyak entah tahun berapa.

Semen sebagai penanda tempat pengeboran minyak?
Di monumen itu terbaca tulis "milik negara jangan dirusak". Serta kode diatasnya. T862 entah kode apa ini.

terdapat tulisan "milik negara jangan di rusak".
Stempel diatas beton penanda dengan kode T 862.
Mblusuk ke kampung Depok Gilangharjo Pandak Bantul siang ini, menambah wawasan baru tentang sebuah kampung dengan berbagai misteri yang meliputi.

Makam tua, peninggalan proyek lampau dan lain lain. Sementara disebelah barat  akan dibangun proyek untuk perumahan.

Mungkin pembaca ingin menikmati sensasi kampung Depok??

0 komentar:

Posting Komentar