Senin, 30 Juli 2018

Heroiknya Santri Kabur dari Ponpes

Mendengar anak sahabat kabur dari pondok pesantren bikin hati pilu.  Untuk yang kesekian kali berita seperti ini acap membikin sedih, haru dan prihatin.

Maksud hati orang tua ingin memberikan yang terbaik untuk anak, namun suasana hati anak dan lingkungan sepertinya ada yang belum sepenuhnya bersahabat.

Dari orang tuanya bercerita:
Anaknya sudah beberapa hari bilang kepada ibu dapur pondok untuk segera diantarkan ke tempat asal. Namun, ibu dapur bilang tidak tau jalan untuk mengantarnya. Akhirnya anak santri berinisiatif untuk mencari celah untuk kepulangannya.

Saatnyapun tiba, Ketika anak anak diajak ke sebuah waduk untuk mengenalkan lingkungan, beringsut dia menyelinap menjauh dari rombongan. Setelah berjalan beberapa saat, dia menghampiri seorang ibu, bertanya kearah mana untuk sampe ke stasiun.

Dari ibu ini, ternyata dititipkan kepada sopir truk yang melintas. Hingga akhirnya sampai ke stasiun kereta api.

Dengan sisa uang saku yang dibawa dia memperoleh tiket hingga sampai ke kota asal. Turun dari kereta, mencari ojek online kea rah kantor tempat ayahnya bekerja.

Begitu terkejutnya sang ayah melihat anaknya tiba tiba masuk ke kantornya. Degg!!

Tidak hanya anak laki laki yang nekat keluar pulang dari ponpesnya, banyak juga anak anak perempuan lari keluar karena berbagai hal.

Karena belum siapnya anak berpisah jauh dengan ortu, temen temen baru, lingkungan asrama tidak seindah rumah, gesekan dengan teman tidak suka sama ustadz, aturan yang mengikat.

Semua menjadi alasan menjadi logis untuk dijadikan memompa semangat segera loncat dari gerbang ponpes.
Harapan kadang memang tidak seindah kenyataan.

Banyak hal yang harus dipersiapkan orangtua ketika suatu saat ingin memasukkan pendidikan di Pondok Pesantren. Persiapan mental jauh jauh sebelum kelulusan. Melihat dan berkunjung suasana ponpes. Konflik yang kadang terjadi.

Usia anak merangkak remaja masih merasa butuh elusan lembut orang tua. Berdekat dekat . Namun, niat mulia orang tua dengan memilihkan pendidikan yang baik memang butuh persiapan yang cukup panjang.


Jangan takut memasukkan anak ke Ponpes.

Selasa, 17 Juli 2018

Ketika Orangtua Mendonorkan Mata untuk Putranya

Dari salah satu sahabat nabi pun, ada salah seorang yang mempunyai prestasi luar biasa. Hingga Rasulullah mempercayakan padanya untuk mengalunkan Adzan. Beliau adalah sahabat Abdullah bin Umi Maktum.

Banyak para penyandang tuna netra yang berprestasi hingga hari ini.

Keberhasilan prestasinya kadang kala melampaui orang orang normal disekitarnya. Salah satunya adalah sahabat saya yang belum lama kami kunjungi. Dia adalah Amin.
Illustrasi

Sebut saja nama sahabatku ini : Amin. Berasal dari Jawa Tengah di lingkungan pedesaan jauh dari hiruk pikuk keramaian kota.

Meski seorang tuna netra namun prestasinya luar biasa.

Amin sebenarnya terlahir normal secara fisik. Dikala usia menginjak enam tahun mendadak dia terserang demam tinggi hingga kejang kejang. Sebagai orang tua bersegera mencari pertolongan untuk kesembuhan Amin.

Dikarenakan lingkungan pedesaan yang jauh dari fasilitas kesehatan yang memadai, saat itu kondisi Amin tidak tertangani secara maksimal.

Kondisi kesehatannya semakin memburuk. Hingga mengalami kelumpuhan dan buta, tidak bisa melihat. Dengan keadaan yang seperti ini, upaya untuk berobat tidak pernah kendur.

Setelah selama dua tahun mengalami kelumpuhan dan tidak bisa melihat, berangsur kondisinya semakin membaik.

Badannya mulai bisa digerakkan dan di fungsikan sebagaimana mestinya meski perlahan. Namun matanya belum bisa pulih kembali.

Belas kasih sayang kedua orang tuanya kepada sang anak. Mereka berencana mendonorkan masing masing satu biji matanya kepada anaknya.

Betapa orang tua ini berusaha maksimal untuk mengembalikan kesempurnaan fisik putranya. Namun, dokter angkat tangan. Tidak berani memberikan jaminan pulihnya kembali penglihatan Amin.

Menurut analisa dokter, ada kemungkinan hasil operasi  tidak bisa maksimal, justru bisa akan berdampak yang lebih buruk.

Maka, Amin tetap bersabar dengan fisiknya dengan keterbatasan penglihatannya.

Beranjak remaja, Amin diikutkan pelatihan dan kursus untuk mendapatkan ketrampilan bagi penyandang cacat. Ternyata dari sini diketahui Amin berpotensi sebagai anak yang mempunyai semangat untuk maju dan kecerdasannya tidak kalah dengan orang normal.

Pendidikan akademik terus dia tekuni dari tingkat dasar hingga menengah. Selama bersekolah di SMU umumpun prestasinya luar biasa. Beberapa kali mendapatkan juara umum  di sekolahnya.

Jenjang sarjana di lalui dengan nilai Cumlaude. Pendidikan S2 diselesaikan secara baik hingga mau melanjutkan sekolah ke jenjang S3 di luar negeri.

Namun, sang ibu tidak memperbolehkannya. Amin hanya patuh atas saran ibunya.

Saat ini, Amin sudah berkarya di dunia pendidikan dan lingkungan sekitar, mengabdikan dirinya untuk kemaslahatan umat.

Semoga catatan kecil ini bisa melecut semangat kepada pembaca dengan segala keterbatasannya.

Bantul 17 Juli 2018

Sabtu, 14 Juli 2018

Bagaimana Kabar Nyawal Kita?

Banyak yang bilang Puasa Nyawal lebih berat dibanding puasa di Bulan Ramadhan. Mengapa?

Karena kita sedang dalam kondisi banyak makanan dirumah, banyak perhelatan, banyak undangan dll.

Apalagi kita baru saja melakukan ibadah secara full pada hari hari sebelumnya.

Tidak ada salahnya kan kita balas dendam sedikit. hehehe...

Ada tiga kondisi pada masing masing kita dalam menyambut Puasa Syawal.

Pertama, ada sebagian yang masih keenakan melakukan puasa bulan Ramadhan, sehingga keenakkanya puasa dilanjut di Bulan Syawal.

Dan ia pengin, Puasa Ramadhannya lebih disempurnakan dengan menunaikan puasa enam hari di Bulan Syawal.

Cukup dua hari makan enak sepanjang hari, setelah itu lanjut puasa.

Hal ini gak masalah jika yang melakukan lebih banyak di rumah dan tdk banyak relasi di luar. contohnya ibu ibu rumah tangga sejati.

Yang puasa di awal bulan tentu sangat memperhatikan bahwa dengan puasa enam hari dia akan beroleh pahala bagai puasa setahun penuh.

Yang kedua, adalah melaksanakan Shaum Syawal dengan loncat hari.

Dia melaksanakan sewaktu tidak ada agenda penting maupun bepergian.

Sebagian malah melakukannya sekalian pada hari Senin dan Kamis karena dia ingin melestarikan amalan puasa itu.

Selepas dari bulan Syawal yaitu puasa Senin Kamis sepanjang waktu hingga nanti bertemu Ramadhan lagi.

Luar biasa!!!

Yang ketiga, mereka yang melaksanakan puasa di akhir akhir di bulan Syawal menunggu acara kondangan selesai.

Dengan menunda seperti ini ada dua kemungkinan pertama, kalau dia cermat menghitung waktu, pasti puasanya akan kelar seperti yang ia harapkan.

Dan yang extrem sibuknya, bakalan akan kehilangan moment syawalnya. ingat ingat bulan syawal tinggal lima hari atau kurang dari itu. hiks..hiks..☺☺☺☺

Karena hidup adalah pilihan. Monggo sampeyan lebih paham diri anda sendiri ketimbang saya.

Rabu, 11 Juli 2018

Ketika Sepak Bola Bukan Sekedar Pertandingan Olah Raga

Demam bola terus merangsek hingga ke sudut sudut sempit saentero dunia. Perhelatan akbar sepakbola dunia menyihir hampir seluruh penduduk bumi. Mata dan perhatian seisi bumi tertuju pada satu titik:BOLA!

Gelaran piala dunia 2018 di Rusia sebagai puncak ritual olah raga paling populer sedunia. Pertanda apakah ini? Sepakbola sudah diterima sebagai ritual dunia mampu melintas berbagai suku, budaya bahkan agama.

Moment moment penting keagamaan kadang sampai terkalahkan atau kalah populer dari perhelatan sepakbola dunia. Beberapa istilah dan fenomena yang menggejala sudah cukup menjadi penanda bahwa sepakbola sepertinya lebih penting dari riutal agama.

Tua muda remaja dewasa hingga ibu ibu larut dalam gegap gempita parade sepakbola dunia. Setiap ajang perbincangan terbumbui dengan aroma pemain, kalah menang pertandingan dan isyu bola lainnya.

 Bola bola dan bola.

Berikut fenomena fenomena itu.

1. Beberapa istilah dalam agama digunakan dalam bahasa sepakbola. Misal: Dosa terbesar didalam sepak bola adalah dengan sengaja menyentuh bola didalam kotak pinalti. . Dzkir dan doa yang di panjatkan di penghujung malam berubah menjadi teriakan "golll..."

2. Membela club sepakbola kebanggangan dengan berkorban harta bahkan mempertaruhkan nyawa. Berhari hari mendukung club esayangan hingga keluar kota. Ketika bentrok dengan supporter lain, sampai berdarah darah hingga meregang nyawa.

3. Meninggalkan ritual ibadah shalat malam demi melihat pertandingan kelas dunia. Menunggu dengan sabar hingga acara di mulai. Bahkan kecewa ketika waktu berlalu tanpa kita tidak bisa melihat sebuah pertandingan.

4. Beberapa pemain bola dinisbatkan dan disetarakan sebagai orang yang selevel dengan Nabi atau pemuka agama. Sebut saja, Messiah (gelar sanjungan untuk Messi) Agama baru yang mengganggap Maradona sebagai legenda besar. Dengan pengikut 200ribu orang. mereka menyebutnya Iglesia Maradoniana (Pemuja Diego Maradona).

5. Prediksi pertandingan dengan melibatkan hewan dan lain sebagainya semakin memandulkan peran akal sehat.

Dan begitulah yang terjadi saat ini berkaitan dengan dunia sepak bola. Bukan lagi sebagai permainan untuk prestasi dan kesehatan, namun permainan sepak bola sudah di anggap sebagai agama untuk mndapatkan kebahagiaan bahkan mampu untuk menyelamatkan kehidupannya.

Bagaimana menurut anda???

Kita petikkan satu ayat yang layak kita merenungkannya.

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (Qs Al-Hadid: 20)

Bantul,11 Juli 2018

Ngerinya Tersesat di Jalan Itu

Meski selamat hingga sampai ke rumah kembali tanpa suatu apapun, pengalamanku sore itu begitu sangat berkesan bagiku. Ngeri! bagai berada di alam lain.

Jika bukan karena tanggungjawab, mestinya hal itu tidak aku lakukan.
Pantai Parangtritis dari sebuah masjid di Pinggiran JLSS.

Sore itu, kira kira jam empat sore aku berada di rumah salah seorang kenalan di kawasan obyek wisata Parangtritis Yogyakarta.

Kedatanganku untuk menanyakan jalur alternatif dari jalan utama jembatan Kretek menuju Pantai Parangtritis. Dia mengatakan kalau ada jalur yang menghubungkan lokasi tersebut.

Aku hanya seorang diri saat itu.

Sudah menjadi kebiasaan, jika ada acara jalan jalan mesti aku ditunjuk sebagai surveyor sebelum pelaksanaan. Aku dikenal sebagai orang yang banyak waktu luang dan wawasan yang lebih dibanding temen yang lain.

Aku sendiri juga suka pada sesuatu yang baru.

"Iso mas, sampeyan engko ngliwati dalan sing ngalor kae. Diturut terus engko suwe suwe rak tekan jembatan Kretek." Kata kenalanku.

Waktu sudah menunjukkan pukul hampir setengah lima sore.
"Rapopolah...." diriku memberi semangat.

Motor masih baru belum lama keluar dari showroom, melaju menelusuri area hotel dan penginapan kawasan utara Pantai Parangtritis. Sendirian. Jalan mulai menanjak dan aspal terasa tidak halus lagi.

Beberapa saat kemudian, mulai kutinggalkan area pemukiman hotel. Dan mulai memasuki hutan dengan jalan tanah. Aspal sudah hilang hanya sisa sisanya saja yang kelihatan.

Saat itu suasana dingin karena barusan terguyur hujan.

Menelusur jalan yang rusak. Kanan kiri depan belakang hanya pepohonan tinggi. Angin bertiup keras menerpa diriku.

"Lanjut atau tidak yah...kog sepi begini..." Diriku termangu.

Aku merasa sudah cukup jauh menyusuri jalur alternatif. Sepi Sekali. Kucoba menoleh kebelakang. Oh...deburan ombak masih terlihat berarti aku masih berada tidak jauh dari kawasan wisata padahal sudah cukup lama aku bersepeda.

Rasa takut mulai menghampiri. Beberapa kali motor hampir hampir terpelesat jatuh karena licinnya jalan.

"Ya Allah...Astaghfirullah..." Perjalanan yang sangat menakutkan. Dengan sempoyongan dan semangat motor terus kupacu hingga seolah sampai kepada ujung sebuah bongkahan bukit.

Ya...didepanku terlihat sebuah bukit tinggi. Apakah jalan ini sudah berujung??

Rasa takut mencoba kuhilangkan. Jalan yang rusak, licin berusaha aku nikmati. Sepi. Tidak bertemu dengan makhluk apapun. hanya pohon pohon tinggi dan suara angin keras menderu.

Kembali kutengok kebelakang, pantai masih disisi selatan berarti aku masih berada tidak jauh dari pantai. Hingga sampai berapa lama rasa takut ini. dan apa nanti yang akan terjadi?

Akankah terjadi sesuatu pada diriku??
Hampir satu jam aku berada dalam kondisi yang menakutkan.

Aku terus bersabar. hingga sampailah aku di sebuah jalan ketika kulihat disebelah barat terlihat kampung nun jauh disana. Dibelakangku tidak lagi terlihat pantai. Nah, berati aku sudah berada di jalur yang dekat dengan jembatan Kretek.

Sayup sayup  mulai terdengar Adzan. Nyess rasanya.

Motorku sudah menapaki jalan aspal cukup halus dan sampailah aku di tempat Wisata Watu Lumbung. Disini sudah mulai nampak motor motor dan berpapasan dengan orang orang. Dan tidak lama aku sudah berada di Jembatan Kretek bersiap untuk kembali ke rumah.

Alhamdulillah. Aku selamat dari petualangan yang luar biasa.

Tips: Jangan sekali kali melalui jalan yang tidak jelas informasinya apalagi sendirian..

Minggu, 08 Juli 2018

Kemah Bareng "Disini" Layak Dicoba

Menikmati kebersamaan bersama keluarga dengan cara yang lain. Rumah makan, wisata pantai atau ke mall sudah biasa. Ada yang tidak biasa?? Yups, kemah bareng!!! Mungkin terasa agak aneh ya..kayak pramuka saja.
Obyek wisata dengan fasilitas area camping.
Kesibukan anggota keluarga yang tak terelakan, kadang hubungan antar keluarga menjadi kurang harmonis dan bahagia. Sementara ketersediaan waktu bersama yang terbatas. Kewajiban bekerja bagi seorang ayah misalnya. Harus keluar kota dalam waktu yang cukup lama.

Salah satu obyek dengan fasilitas area camping di Jogja adalah Pantai Goa Cemara. Tempatnya begitu rindang dengan tumbuhan cemara.
Taman Kayu Goa Cemara

Tersedia tempat berfoto, dari penataan tempat dan kayu, Taman Kayu Goa Cemara. Ketika pagi hari suasana segar dan harga relatif murah.

Diwaktu senja hari, matahari terlihat indah ketika kita berada di bibir pantai disebelah selatan.


Penataan kayu menyerupai goa.

Dilihat dari sudut yang lain.
Pantai Goa Cemara yang berada di sebelah barat Pantai Samas Bantul Yogyakarta, sebenarnya memiliki berbagai kelebihan sebagai tempat untuk bermalam bersama keluarga.

Usahakan pilihlah bukan hari libur di sini. Misalnya mulai Minggu sore hingga Senin pagi.

Suasana disini begitu ramai banyak pengunjung di saat liburan. Masing masing rombongan biasanya membawa Tape pengeras suara, suasana terasa gaduh dan bising.

Anak belajar membakar jagung.

Keterjalinan semakin erat antara anak dan anak.
Selamat mencoba membangun kebersamaan dengan berkemah bareng keluarga.

Pantai Goa Cemara bisa ditempuh dari Terminal Giwangan ke barat sampai perempatan Dongkelan. Arahkan selatan menuju pantai samas dengan jarak sekitar 15km. Setelah memasuki Pantai Samas kebarat 1km sampai ke lokasi.

Minggu, 01 Juli 2018

Bagaimana Jika Anda Begini?

Usai menunaikan shalat Isya' di masjid terdekat. Malam itu, ingin rasanya berkunjung ke rumah saudara. Entah apa kog rasa "ingin" itu begitu menggebu.

illustrasi
Berada di ruang tengah rumah saudaraku yang sakit. Umurnya sekitar 47tahun. Terlihat badannya semakin kurus, dengan tidur melengkung miring ke kiri.

Sudah hampir tiga tahun saudaraku ini menderita stroke.

Berangsur angsur kondisi fisiknya semakin  melemah. Ketika terserang pertama kali langsung opname ke rumah sakit sekitar seminggu. Selanjutnya therapi ke rumah sakit atau alternatif dengan mengundang tabib.

Dari bisa berjalan tertatih, kaki lama kelamaan susah di gerakkan dan sekarang hanya bisa tiduran diatas tikar di ruang tengah.

Beberapa kali terjatuh dari kursi roda ketika kejang kejang menghampiri secara mendadak. Kejang hadir rerata sebulan sekali bagi penderita syaraf.

Akibat terjatuh kadang berakibat fatal bagi si sakit.

Istrinya yang dulu bekerja sekarang di rumah merawatnya. Satu anaknya bekerja menjadi tulang punggung keluarga, dan satunya masih sekolah.

Rumahnya seringkali terlihat lengang, tidak ada tawa canda meriah memenuhi ruang ruangnya.

Si sakit selalu berpesan kepadaku untuk selalu menjaga kesehatan. Sehat adalah segalanya. Sekali waktu dia mengenang masa masa sehat. masa ketika segalanya nampak indah dan menggairahkan mengarungi kehidupan.

Namun itu dulu. Sekarang waktunya banyak dia pergunakan untuk merenung dan tergolek lemah sambil berharap sehat segera menghampirinya.

Sahabat...Adakalanya kita harus berkunjung ke rumah pesakitan. Dari situlah rasa syukur menyeruak. Bahwa sehat itu tidak selamanya bersama kita. Sakit atau bahkan mati menjadi bagian dari ritme kehidupan selama di dunia.

Bantul, 29 Juni 2018