Selasa, 05 November 2019

Milad 1 SSMBM

Satu tahun sudah, Kegiatan gowes berbasis jamaah masjid. Pecinta pancal sepeda merambah jajaran orang orang yang saban hari berjamaah sholat di masjid Baitul Muqoddimah Bantul.

Pada hari sabtu, 02 November 2019 di helat acara Milad 1 SSMBM (Sepeda Santai Masjid Baitul Muqoddimah) digelar di Poskamling Rt 01 Teruman Bantul.

Potong tumpeng Bpk Kadus Kreses Minung Mulyanto di serahkan kepada Ketua SSMBM Bp Rujoko.
Acara di awali dengan pembukaan, sambutan ketua panitia hingga pengajian di sampaikan Bp Ust Muh Masyhudi.

Sejumlah undangan sebanyak 100 orang sebagian antusias untuk bergabung.
 Dengan mengedarkan 100 undangan kepada berbagai pihak termasuk Bp Rt 01 Rt 01.
 Komunitas bersepeda SSMBM selain mengunjungi obyek wisata seputar Bantul dan sekitarnya, juga berkunjung ke tempat tempat yang layak untuk dijadikan studi banding, seperti Kampung Anggur Plumbungan Bambanglipuro Bantul.
 Kegiatan bersepeda, menjadi agenda rutin setiap pekan. Selama satu tahun berjalan, tempat yang dikunjungi obyek wisata dan saudara.

Jumat, 26 Juli 2019

Kisah Inspiratif Pelajar Paspasan.

MAN JADDA WA JADA. Barangsiapa yang bersungguh sungguh maka ia akan berhasil. Demikianlah ungkapan. Sesiapa dengan sekuat tenaga meski penuh keterbatasan, yakinlah bahwa keberhasilan akan menghampiri.



Sebuah kisah yang diceritakan oleh salah seorang teman.

Disebuah desa di pinggiran sebelah barat Yogyakarta. Berdiamlah seorang keluarga sederhana. Ayahnya seorang buruh tani, sementara sang ibu seorang pengrajin tempe.

Dari keluarga ini, tumbuh seorang remaja biasa. Remaja kampung yang tidak begitu pandai. prestasi akademiknya juga biasa biasa saja di salah satu sekolah menengah swasta.

Karena anak ini rajin membantu ibunya membikin tempe, ia sering membaca sobekan koran bekas untuk bungkus tempe tersebut. Dari kebiasaan membaca koran bekas inilah timbul niatnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi.

Secara nalar memang sangat tidak lazim untuk bisa meneruskan ke perguruan tinggi. Sekolah Menengah Atas Swasta dengan prestasi biasa biasa. Apalagi melihat orang tuanya dalam keadaan kekurangan. Untuk memenuhi kebutuhan dasar harian saja mesti bekerja keras.

Untuk beberapa saat kepalanya pusing untuk mendapatkan solusi bagaimana dia harus berjuang untuk bisa masuk ke perguruan tinggi.

Alhmadulillah akhirnya jalan keluar datang juga. Dengan tergopoh gopoh dia mendatangi salah seorang kerabat di kota untuk bekerja serabutan. Hasil dari jerih payahnya selamat setahun dia kumpulkan untuk mengikuti bimbingan belajar di sebuah lembaga.

Karena dia mengetahui, prestasi yang pas pasan tidak mungkin bersaing dengan siswa lain yang lebih pinter dan ditunjuang dengan fasilitas.

Setelah menempuh belajar selama satu tahun di bimbel, akhirnya bisa diterima di sebuah perguruan tinggi negeri untuk jurusan exsak.

Selama setahun kuliah, pulang kuliah kembali bekerja pada seorang kerabatnya.

Karena jarak yang cukup jauh dengan kampus dan tempat kerja, maka dia memberanikan mencari tempat bekerja lain yang sekitaran kampus.

Dia mendapat tempat kerja dekat kampus di sebuah warung lesehan. Malam dia bekerja disitu, dengan hasil dan bisa makan gratis. Sementara paginya pergi ke kampus.

Hingga sampai semester tiga belajar di jurusan exsak yang sebenarnya tidak sesuai dengan yang dia harapkan dari awal. Maka, ketika ada kesempatan melanjutkan pendidikan di jurusan komunikasi, dia beralih kesitu meski mengorbankan waktu beberapa tahun lagi.

Berada di Kampus dengan jurusan Komunikasi, semakin menempa dirinya untuk sering menulis. Mencoba beberapa kali mengirim tulisan akhirnya bisa di terima dan dimuat disebuah koran lokal di Yogyakarta.

Dengan rajin mengirimkan naskah ke penerbit tambahlah uang sakunya untuk menambal kebutuhan selama pendidikan.

Jenjang pendidikan Sarjana diraih dengan segenap perjuangan dan keikhlasan.

Setelah cukup berpengalaman dalam dunia pembelajaran dan kepenulisan. Dia masuk kepada jenjang S2 di sebuah kampus di Semarang.

Jarak dari Rumah di Jogja ke Kampus di Semarang ditempuh dengan sepeda motor setiap akhir pekan. Pulang balik, hingga sudah berapa kali ban motornya pecah di jalan. Dan hafal betul titik titik jalan termpat oprasi kendaraan.

Selama satu setengah tahun melakukan perjalanan untuk kuliah menempuh S2, hingga sukses datang. Dia dapat meraih prestasi Nilai tertinggi dan Tercepat dalam meraih program S2.

Nah, inilah hasil dari kesungguhan dan ikhtiar yang tiada henti. Berkat doa dan dukungan orang tua, Allah memberikan kemudahan setelah berbagai hal yang sukar dia alami.

Semoga bermanfaat.

Kamis, 06 Juni 2019

Mudik

Kapan terakhir anda mudik? Atau sampai sekarang 1440H/2019M masih melangsungkan tradisi tahunan permudikan?

Apapun harus mudik. (pict Google)
Mudik begitu indah.

Tapi bersyarat, yaitu punya kampung halaman. Lahir di situ menikmati masa anak remaja, mengenyam pendidikan hingga SLTA, setelah itu kuliah dan bekerja di Ibukota. Dapat jodoh tidak dari kota yang sama. Barulah bisa mudik.

Bagi aku, mudik hanya nebeng istri saja. Silaturahmi tahunan wajib sungkem kepada mertua. Menjalin kekeluargaan kepada kerabat dan tetangga istri.

Karena itulah, bisa menikmati perjalanan panjang lima jaman sampai tujuan. Bantul - Purbalingga. Memang nyaman menggunakan bus EFISIENSI. bisa tiduran, turun rest area sampai tujuan tidak begitu capek.

Mengapa motoran? yah karena belum punya mobil!
pict from google.
Menikmati aspal dari Bantul melalui jalur lintas selatan selatan (JLSS). Relatif sepi sehingga mobil motor luar kota melaju begitu kencang. Apalagi melewati area Purworejo Kebumen. Belasan kali melalui jalur ini, jalan belum sepenuhnya mulus. aspal belum jadi, dan sebagian rusak.

Melewati Karanganyar Kebumen hingga Pasar Gombong pun biasanya macet lumayan parah. Baru setelah belok kanan memasuki waduk Sempor, jalan kembali agak sepi tidak seperti jalan utama.

Dari Waduk Sempor hingga ke Susukan Banjar Negara ini medan sangat foto genik. Jalan pinggir sungai berkelok memanjang. Bebatuan besar, Pohon cemara menghijau serta kontur persawahan teras siring. Ingin berhenti disini.

waduk Sempor dari sisi barat.
Jalan sepanjang sempor halus, beberapa kali kelokan dengan turunan dan tanjakan. Lumayan curam. Setelah sampai ke puncak, perlahan jalanan menurun hingga sampai ke sebuah sungai dan lapangan bola kampung. Dari sinilah, pertanda sudah berada di Kab Banjarnegara.

Setelah melewati jembatan sungai Serayu, tinggal perjalanan lurus sampai ke kota Purbalingga.

Masjid Darusalam Purbalingga.
Menelusuri jalan pinggiran kota hingga sampai ke Alun alun Purbalingga. menunjukkan perjalanan setengah hari sudah selesai.

Mudik selalu membawa kesan birrul walidain. Silaturahmi kekeluargaan. Semua ikut merasakan, baik yang muslim maupun non muslim, yang beribadah sungguh sungguh atau tidak. Semua larut dalam suasana penuh kekerabatan.

Mudik berangsur angsur tinggal kenangan setelah ibu bapak mertua telah tiada. Rumah induk keluarga juga sudah berpindah kepemilikan. Trus mau mudik kemana lagi ya enaknya?

Syawal 1440 H.

Rabu, 10 April 2019

Berburu Masa Lalu di Kota Kudus

Menyambung kembali tali silaturahmi itu berat. Merakit kembali benang benang persaudaraan karena ada hubungan darah sangat dianjurkan dalam Islam.

Bahkan, ada sebuah hadist yang isinya kurang lebih, barang siapa yang bertandang ke rumah seseorang tanpa ada tendensi sesuatupun maka Allah akan mengampuni dosa dosanya.

Namun, bagi kita yang biasa jalan jalan dan bersilaturahmi hal tersebut menjadi pelecut untuk sering pergi melancong dengan dalih silaturahmi. gak ada salahnya kan...??

Aku & Menara Kudus.
Keluarga kami, mempunyai saudara di Kota Kudus. Beberapa tahun silam ketika ibu saya dan bude masih sugeng, saling berkunjung, terutama di hari hari istimewa. Idul Fitri, atau sedang hajatan.

Ketika aku masih SD agenda untuk ke Kudus menjadi agenda yang begitu ditunggu tunggu. Perjalanan melewati Secang, Ambarawa semarang. Melewati pemandangan hutan, perbukitan dan jalan turun berkelok menjadi sesuatu yang sangat indah. Apalagi nanti bisa diceritakan ke teman SD yang jarang jalan jalan.

Sepanjang kota semarang dan Demak waktu itu banyak melihat orang orang mandi di sepanjang sungai pinggir jalan. Namun sekarang sudah susah untuk ditemui.

Jalan jalan kota Kudus masih sejuk seperti dulu.
Menyusur jalan yang dua puluh tahun tidak terkunjungi membutuhkan ingatan yang lumayan. Memasuki kota Demak dan Kudus, ingatan kupaksa kembali mengingat jalan dan nama nama sebelum sampai ke lokasi rumah saudara.

Nama yang aku ingat adalah Pasar Kliwon, Pabrik Nojorono, Pasar Cangkerep dan tentu saja kampung Nganguk Pengapon.


Di gang ini dulu ada pasar pagi, namanya pasar Cangkerep dimana bude ku berjualan jamu.
Angkot warna hijau mengantarkanku ke Pasar Kliwon. Susah untuk mengingat, bagaimana dulu kondisi pasar ini dan perbedaan dengan sekarang. Aku lebih berkonsentrasi untuk mencari Pasar Cangkerep saja.

Lama tidak ke sini, aku ingin untuk segera sampai ke rumah bude. Sudah memasuki kampung Bude, yaitu Nganguk Pengapon. Memasuki gang gang kecil yang aku sudah tidak ingat lagi. Hanya berbekal insting dan kira kira. Hingga sampai sebuah masjid.

"Nah..ini keliatannya masjid yang dekat rumah bude. Kalo ujungnya adalah gang pinggir sungai maka dipastikan sudah sampai." Batinku.

Alhamdulillah benar dugaanku. Sampai sebuah sungai yang membelah kampung, berkelok. Kelokannya menuju ke gang ke rumah bude. Petualangan berakhir dengan manis.

Menara Kudus.

Bedug Masjid agung Kudus

Gerbang Menuju Masjid Komplek Menara Kudus.
Agenda kunjungan ke Kudus hanya sehari, maka paginya aku sempatkan berjalan dari rumah menuju Menara Kudus. Berjalan kaki sepanjang 1,5km sekalian olah raga.

Semoga suatu saat nanti  bisa berkunjung ke kota ini. Syukur bisa berkumpul bersama keluarga di Kudus.
This entry was posted in

Kamis, 21 Februari 2019

Seberapa Engkau Tahu


Ya..
Seberapa engkau tahu tentang ayahmu
Beliau hanyalah seorang petani kecil
lahan garap yang tidak begitu luas
hasil panen sekedar untuk makan
bahkan sebelum panen lagi
telah hilang tumpukan gabah

Seberapa engkau tahu tentang ayahmu
Beliau hanyalah seorang guru honorer
upah yang diterima tidak lebih
beberapa lembar warna biru
ketika dipertengahan bulan
dompet lusuh itu telah melompong

Seberapa engkau tahu tentang ayahmu
Beliau hanyalah seorang guru ngaji dikampung
tiada yang memperhatikan
amplop bulanan telah lama sirna
dari angan tua nya
surga dan neraka bukan lagi
tujuan akhir hidup manusia

Selasa, 22 Januari 2019

Menyambung Kembali Konco Lawas

Tri Yuwono. Nama teman satu kelas cukup kesohor sebagai teman paling lucu. Berperawakan sedang rambut tipis dan agak berombak. Biasanya duduk di deretan belakang. Terkesan pendiam, namung sekali kali nyeletuk bikin ngakak sekelas.
Tri Yuwono paling kiri

Selepas menamatkan bangku SMEA Sabdodadi Bantul segera bekerja dari pabrik satu ke pabrik yang lain. Diawali dari perusahaan mebel di Karangkajen, Palembang, banten hingga akhirnya kembali pulang ke Bantul.

Pengurus Alumni SMEA N Bantul jurusan Ketatauasahaan hari Ahad 20 Januari 2019 menyambanginya setelah sekian lama tidak bertemu.

Setelah berbincang dan bertukar kabar pertemuan diakhiri. Untuk keterjalinan persaudaraan antar alumni, dilaksanakan pertemuan rutin pertiga bulanan.