|
embunhati.com |
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَ
مِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللَّهُ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُ
اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا
يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا
الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً
وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Amma ba’du
Ma’asyirol muslimin jama’ah shalat Jumat rahimani wa
rahimakumullah …
Segala puji bagi Allah,
Rabb semesta alam yang telah memberikan kita berbagai karunia. Karunia terbesar
yang Allah berikan adalah karunia Iman dan Islam. Karena Islam adalah nikmat
terbesar dibandingkan lainnya seperti nikmat harta dan kenikmatan dunia.
Bagaimana cara
mensyukuri nikmat yang telah Allah karuniakan?
Kita diperintahkan untuk
menikmatan takwa kita pada Allah,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)
Shalawat dan salam
semoga tercurah pada junjungan dan suri tauladan kita, Nabi akhir zaman, Nabi
besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada
Ummahatul Mukmin, kepada para sahabat tercinta, kepada khulafaur rosyidin (Abu
Bakr, ‘Umar, ‘Utsman dan ‘Ali radhiyallahu ‘anhum) serta yang
mengikuti para salaf tadi dengan baik hingga akhir zaman.
Para jama’ah shalat
jumat rahimani wa rahimakumullah …
Ada hadits yang patut
direnungkan pada kesempatan Jumat kali ini yaitu mengenai mereka yang akan
mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat.
Yang dimaksudkan naungan
di sini adalah naungan ‘Arsy Allah sebagaimana dikuatkan riwayatnya oleh Ibnu
Hajar dalam Fathul Bari (2: 144).
Hadits lengkapnya
berbunyi sebagai berikut.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ
يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada
hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:
اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ
(1) imam yang adil,
وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ
(2) seorang pemuda yang
tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh,
وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي
الْـمَسَاجِدِ
(3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid,
وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ
اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ
(4) dua orang yang
saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah
karena-Nya,
وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ
مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ
(5) seorang laki-laki
yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik,
lalu ia berkata, ‘Aku benar-benar takut kepada Allâh.’
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ
فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ
(6) seseorang yang
bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan
kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta
وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا
فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
(7) seseorang yang
berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR.
Bukhari, no. 1423 dan Muslim, no. 1031)
Pertama yang akan mendapatkan naungan Allah adalah pemimpin
yang adil.
Pemimpin ini bersikap
adil. Dalam hal amanat ia benar-benar mengembannya dengan baik, tidak melampaui
batas dan tidak meremehkan. Keadilannya tidak beralih pada harta dan tidak
beralih pada kesenangan dunia. Itulah pemimpin yang akan mendapatkan naungan
Allah pada hari kiamat.
Kedua adalah pemuda yang tumbuh dalam
ketaatan pada Allah.
Kenapa disebut pemuda?
Karena pemuda asalnya nafsunya begitu tinggi pada dunia dan kebanyakan itu
lalai dari akhirat. Kalau ada pemuda yang rajin berjamaah di masjid, rajin
menghadiri shalat fajar, akhlaknya pun bagus pada bapak-ibunya, dialah pemuda
yang jadi harapan akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat.
Pemuda seperti itu
sangat jarang kita temui saat ini karena kebanyakan pemuda itu lalai, di antara
mereka lebih suka bersenang-senang dan berfoya-foya. Ada kesempatan untuk
bermain game, atau ngebut-ngebutan di sore hari, atau bermain band, waktu
mereka habis untuk hal-hal sia-sia semacam itu, bahkan maksiat pun ada yang
dijadikan hobi. Untuk saat ini jarang sekali kita lihat pemuda yang mau sadar
untuk ke masjid kecuali yang dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Maka pantas saja, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam memasukkan pemuda yang rajin ibadah dalam golongan
yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat.
Ketiga adalah ada orang yang hatinya selalu
terkait dengan masjid. (kumanthil).
Yang dimaksud di sini
adalah laki-laki. Karena wanita lebih layak tempatnya di rumah. Sampai pun
untuk shalat lima waktu, wanita lebih utama mengerjakannya di rumah dan
pahalanya lebih besar. Sedangkan laki-laki, tempat shalatnya itu di masjid.
Laki-laki yang hatinya
terkait dengan masjid adalah yang biasa menunggu shalat setelah shalat,
misalnya ia menunggu waktu antara Maghrib dan Isya dengan berada dalam majelis
ilmu dengan mendengar kajian Quran atau hadits Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
Bisa juga pengertian
orang yang hatinya terkait dengan masjid adalah mereka yang selalu mengingat
shalat berjamaah walau dalam keadaan super sibuk. Sopir kendaraan ketika
mendengar suara azan segera memarkirkan kendaraannya untuk mengerjakan shalat.
Pegawai kantoran bergegas ke masjid ketika berkumandang hayya ‘alash
sholah, hayya ‘alash sholah. Contoh-contoh seperti ini itulah mereka yang
hatinya selalu terkait masjid.
Keempat adalah dua orang yang saling
mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya.
Yang dimaksud adalah
mereka yang berteman karena Allah. Sehingga teman yang dipilih adalah karena
tertarik pada keshalihan, bukan tertarik pada dunia dan harta. Pertemanan
tersebut dibangun di atas iman sampai maut menjemput.
Kelima, ada seorang laki-laki yang diajak
berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia
berkata, ‘Aku benar-benar takut kepada Allâh.’
Ada wanita yang kaya
raya, terhormat dan begitu cantik. Ia menggoda dan mengajak laki-laki untuk
berzina. Namun karena takut pada Allah, laki-laki tersebut tidak melakukannya.
Hadits ini
mengisyaratkan tentang kisah Nabi Yusuf ‘alaihis salam dengan
permaisuri Raja Mesir yang menggodanya. Kalau tidak dengan pertolongan dan
perlindungan Allah tentu Nabi Yusuf bisa saja terjerumus dalam zina.
Maka kita bisa selamat
dari maksiat hanya dengan pertolongan Allah. Ingatlah kalimat “Laa hawla wa
laa quwwata illa billah”. Apa maksud kalimat tersebut?
Ibnu Mas’ud radhiyallahu
‘anhu berkata,
لاَ حَوْلَ عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ
إِلاَّ بِعِصْمَتِهِ، وَلاَ قُوَّةَ عَلَى طَاعَتِهِ إِلاَّ بِمَعُوْنَتِهِ
“Tidak ada daya untuk
menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari Allah. Tidak
ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.”
Ini lima golongan yang
mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat.
Demikian khutbah pertama
ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا
َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ
السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Amma ba’du
Ma’asyirol muslimin
jama’ah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …
Golongan keenam yang nantinya akan mendapatkan naungan
Allah pada hari kiamat adalah
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ
فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ
(6) seseorang yang
bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan
kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya.
Maksudnya, sedekah yang
paling utama adalah sedekah yang dilakukan sembunyi-sembunyi. Lihatlah ibarat
yang dinyatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tangan
kanan yang berinfak lantas tangan kiri tidak mengetahuinya. Ini menunjukkan
bahwa yang paling dekat saja tidak mengetahui kalau ia bersedekah.
Namun boleh saja
seseorang bersedekah terang-terangan untuk memberikan contoh pada orang lain.
Juga sedekah boleh dilakukan terang-terangan jika yang dimaksud adalah sedekah
wajib (seperti zakat dan nafkah keluarga).
Lalu golongan ketujuh yang akan mendapatkan naungan Allah
adalah,
وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا
فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
(7) seseorang yang
berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.
Maksudnya adalah orang
yang rajin berdzikir pada Allah dengan benar-benar menghayati, hingga terkadang
air matanya menetes ketika menyendiri karena takutnya pada Allah.
Dikatakan ia berdzikir
seorang diri (ketika sepi) menunjukkan bahwa dzikir yang utama itu
disembunyikan, karena lebih akan terjaga dari riya’.
Semoga Allah
menggolongkan kita masuk dalam tujuh golongan di atas yang tidak ada naungan
kecuali naungan-Nya.
Di akhir khutbah ini,
kami ingatkan untuk bershalawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Siapa yang bershalawat pada beliau sekali, akan dibalas sepuluh kali.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
Marilah kita berdoa pada
Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di Jumat penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ
قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ،
وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا،
وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ
التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا
عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا
بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ
الْوَهَّابُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ
لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
—