Foto : Antara. |
Secara pribadi saya sangat kangen untuk berkunjung kembali ke Pulau Lombok terkhusus di Kabupaten Lombok Utara. Berada disana selama satu bulan, cukup untuk menjadi kenangan manis dalam penggalan hidup ini.
Brugak, Tempat menerima tamu. |
Kala itu, pada bulan September 2009 di awal bulan Romadhon. Menapakan kaki pertama kali di Pelabuhan Lembar Pulau Lombok. Karena malam hari, setelah turun dari bis di terminal masih sangat sepi. Hanya daun daun pohon kelapa meliuk diterpa angin malam.
Suasana TPA anak anak lombok utara 2009 |
Setelah bermalam beberapa saat, akhirnya dianter temen menuju sebuah Dusun. Bernama Dusun Rempek Kecamatan Gangga Lombok Utara.
Menyusuri jalan aspal halus meski tidak lebar. Setelah meninggalkan kota Mataram membelah bukit Pusung jalan naik dan berkelok kelok menurun menuju kota Kabupaten Lombok Utara yaitu Pamenang.
Di Kota Pamenang, terlihat berjejer bendi bendi menunggu penumpang di dekat pasar. Bendi sebagai alat transportasi lokal yang masih eksis waktu itu. Tidak jauh dari situ, ada pertigaan menuju tempat wisata paling terkenal yaitu Gili Trawangan.
Perjalanan dilanjutkan. Menyisir aspal yang tidak terlalu lebar namun halus ke arah Kecamatan Bayan.
Sepanjang perjalanan waktu itu, tampak pohon pohon kelapa berjajar. Rumah rumah dan masjid relatif masih sederhana. Ukuran rumah tidak terlalu tinggi dibandingkan rumah di Jawa. Entah sekarang.
Pusung, Puncak bukit sebelum turun ke kota kec. Pamenang. |
Bangunan masjid terkenal megah dan luas di Pulau Lombok. Meski, kondisi perkampungan sederhana, untuk pembangunan masjid menjadi simbol kemegahan dan menjunjung tinggi nilai nilai keagamaan.
Rumah tradisional Lombok |
Selama sebulan di Pulau Lombok saat itu. Kondisi rumah warga dan masjid dimana saya tinggal masih cukup jarang. Rumah rumah masih sederhana, belum berstandar bangunan anti gempa.
Ketika, terjadi gempa dengan Magnitudo 7 SR, alhamdulillah tidak memakan banyak korban.
Pernah suatu ketika dalam acara sharing dengan jamaah masjid, saya sampaikan, bagaimana kejadian gempa di Bantul dan sekitarnya.
Tanah yang seolah olah tidak mau untuk diinjak, malam gelap, tidur di tengah jalan, tenda darurat, makan seadanya.
Oh, ternyata apa yang aku sampaikan saat itu, menjadi kenyataan yang harus dihadapi saudara saudaraku di Rempek Gangga Lombok Utara.
Semoga kejadian ini mempertebal keimanan kita atas kekuasaan Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar