Senin, 28 Mei 2018

Ini yang Kualami Ketika Gempa Jogja (1)

Sabtu, 27 Mei 2006 adalah hari yang selalu diingat masyarakat Bantul maupun Yogyakarta dan sekitarnya.
Waktu saat itu menunjukan jarum di angka 5 lebih 55an menit. Tiba tiba terdengar suara gemeretak atap rumah yang masih terbuat dari bambu. Semakin kencang dengan durasi cukup lama.

Sedikit saya tuangkan lewat tulisan ini, sebagai refleksi atas kejadian yang begitu memilukan.

Kampus STIE Kerjasama di Jalan Parangtritis Km 3 Yogyakarta.
Jam 06.00 kurang sedikit. Aku berada di meja kerja membuat kwitansi penagihan iklan pemasang di Harian Kedaulatan Rakyat Jogja. Anakku saat itu berumur 6 tahun, santai berada di depan televisi sementara istri berada di sumur mencuci pakaian. Bapakku berada di kandang ayam dengan radius 100m dari rumah.

Sebelum terjadi goncangan hebat, terdengar sebelumnya sebuah suara seperti ledakan dinamit. Duar! saya berpikir saat itu Merapi meletus, karena sedang terjadi erupsi dengan lahar merah terlihat ketika malam hari.

Setelah bunyi cukup keras disusul goncangan yang sangat keras yang aku alami selama hidupku. Tidak seperti gempa gempa sebelumnya yang hanya kecil dan terus menyusut tidak terasa.

Reflek, segera aku berlari keluar rumah menuju halaman. Anak yang santai di depat televisi aku tinggal. Sampai di halaman, tanah seperti tidak mau diinjak. Sekali dua kali aku terjatuh ketika menginjak tanah. sampai luka di kaki tidak begitu parah kena penutup cor WC.

Tak lama kemudian anakku keluar dengan menangis sambil digandeng ibunya.
"Mrene...mrene..." mereka aku ajak di tengah jalan kampung saling berpegangan.

Ketika berada di tengah jalan kampung. Terlihat oleh mataku, tembok dapur tetangga rubuh berhamburan, batu bata seperti beterbangan ke bawah. Atap tetangga di belakang rumah runtuh. Debu debu beterbangan seperti kabut di pagi hari. Untuk beberapa saat mencapai klimak.

Satu persatu bangunan rumah runtuh, sementara rumahku hanya bagian pojok yang bolong sedikit.

Setelah situasi agak mereda. Anak berhenti menangis, keluarga berkumpul dengan tetangga. Aku ambil kamera. berkeliling kampung melihat situasi rumah rumah tetangga dua RT. Beberapa moment rumah roboh tinggal sebagian. Masjid genteng melorot dan banyak foto aku peroleh saat itu. (sayang sudah hilang sekarang).

Rasa keingintahuanku keadaan sekitar kota Bantul mendorong aku keluarkan motor bututku. Keluarga aku tinggal di rumah. Tempat yang aku datangi adalah di PKU Bantul sepanjang Jalan Sudirman dan ke RSUD Panembahan Senopati.

Di sepanjang jalan dekat RSUD terlihat orang orang penuh luka. Sebagian sudah meninggal dengan ditutup lembaran kain. Aku masih belum bisa percaya, dengan kejadian yang sedemikian cepat membawa korban yang cukup banyak.

Kurasa sudah cukup berkeliling, aku pulang melewati perempatan Gose. Temanku SMP yang jadi polisi berada di situ mengatur arus lalu lintas. Diwajahnya terlihat raut muka yang panik dan ketakutan.

Sampai di kampung tempat tinggal, suasana kog sepi. Hanya satu dua orang terlihat berseliweran. Kampung yang benar benar sepi. Pada kemana ini orang orang.Batinku. Hingga bertemu dengan seorang tetangga.

"Kog sepi do nandi yo?" Tanyaku.
"Ngungsi....Banyu wis tekan Gose..." Jawab tetanggaku.
"Hah...Gose? " Aku mau lewat kono, raono opo opo." Kubalas ketakutannya.

Tapi orang orang sudah pergi diliputi rasa cemas khawatir dan takut. Sebagian berlarian ada yang memakai sepeda dan motor. Ada yang berlari menuju bukit Mijil di pojok Desa Bantul. ada juga yang di Bukit mbuthak di sebelahnya. Sebagian malah sudah melarikan diri sampai ke Kasongan.

Suasana seperti perang. Hiruk pikuk tidak karuan. Isyu menyebar tanpa ada data dan fakta membikin masyarakat tambah panik. Begitu hari pertama yang kami alami pas gempa 27 Mei 2006.

Beberapa hari setelah kejadian, aku menyambangi beberapa tempat yang terkena dampak gempa. Silakan ditunggu tulisan selanjutnya...

Waktu itu anda dimana???

Minggu, 27 Mei 2018

Mblusuk di Monumen Gempa Jogja

Minggu 27 Mei 2018 yang cerah! Dari kemarin memang aku agendakan hari ini untuk muter keliling ke rumah teman sekolah nganter undangan reuni. Tanggung jawab tugas sebagai seksi humas kesana kemari nganter undangan.

Undangan yang harus aku antar ke beberapa kecamatan di wilayah selatan Kab Bantul. Dari Canden Jetis, Pundong, Kretek hingga Parangtritis. Berkeliling ke rumah teman begini jadi hiburan tersendiri buatku daripada tiduran di rumah.

Hingga sampai di rumah teman yang beralamatkan di Dusun Sragen Potrobayan Srihardono Pundong Bantul. Nama Dusunnya sama persis dengan nama Kabupaten di utara kota Solo Jateng. Entah duluan mana penamaan wilayah tersebut.

Setelah selesai nganter undangan ku bertanya letak Monumen Gempa yang dekat dengan rumahnya. Temanku bilang di bagian selatan kampung dekat gudang. Segera ku melaju kesana. dan betul letaknya berada di atas tebing sungan Oya.

Monumen Gempa ini bisa dicapai dari Pasar Pundong ke Timur lurus tanpa belok. Ketika aspal halus belok ke utara, silakan laju motor tetap lurus mengikuti jalan tanah. Pas sekitar 100m dari jalan raya terlihat monumen.

Monumen berada terdiri dari tiga batuan semen dan ditengahnya terdapat tugu persegi empat setinggi sekitar 4 meter.
 Pembuatan monumen ini, sebagai refleksi 10 tahun gempa yang terjadi dahsyat pada 27 Mei 2006. Untuk memperingati dan mengenang musibah yang terjadi di pagi itu. Memakan ribuan korban jiwa di seputar Bantul dan Kabupaten sekitarnya.
Letak Monumen berada di penghujung jalan diatas tebing sungai Oya dengan background rimbunnya bambu.


Dari cerita teman yang dekat lokasi monumen, memang tempat ini cukup singup. Dulu kata temen saya, dekat tempuran Sungai Opak dan Oya ini ada sebuah Bumi Perkemahan yang sering di gunakan untuk kegiatan pramuka. Hingga suatu ketika, ada korban jiwa dari peserta kegiatan ketika mandi di area tempuran tersebut.

Maka, Tempat untuk kegiatan berkemah itupun berangsur angsur dihilangkan.

Dari atas terlihat sungai Oya mengalir tenang. Di sebelahnya terlihat pegunungan selatan.
 Beberapa prasasti yang ditanda tangani.



Terdapat 3 prasasti batu yang ditanda tangani Bupati Bantul, Sri Sultan Himangkubuwono 10, Rektor UPN Jogja dan kepala BPPD Bantul.

Secara sekilas memang monumen ini kelihatan kurang terawat dengan baik. Rantai yang mengelilingi monumen terlihat kendor seolah sering dipakai untuk duduk atau bermain.

Ada sebuah warung angkringan tidak jauh dari monumen. Tempat ini, sebenarnya akan dijadikan komoditas tempat tujuan wisata di Kecamatan Pundong namun hari liburan terlihat sepi. tidak ada satupun pengunjung.

Monumen Gempa di Dusun Potrobayan ini, minimal sebagai penanda bahwa tempat ini pernah menjadi episentrum gempa yang membawa banyak korban jiwa di tahun 2006.

Jika anda ingin mengenang dan melihat monumen, tidak ada salahnya berkunjung kesini, untuk menambah semangat beribadah kepada Tuhan yang Maha Esa. Segala sesuatu akan kembali kepadanya.

Bantul 27 Mei 2018

Sabtu, 26 Mei 2018

Melestarikan Tadarusan di Malam Ramadhan

Tadarus adalah kegiatan bersama membaca Al Qu'ran. Terutama di Bulan Ramadhan, kegiatan ini biasanya marak di lakukan setelah menunaikan Shalat Tarawih. Membaca secara berkelompok silih berganti. 


Salah satu agenda Remaja Masjid di Bantul melaksanakan Tadarus di serambi masjid setelah melaksanakan shalat Tarawih.
 Kegiatan tadarus dilaksanakan oleh kaum muslim yang sudah lancar membaca Al Qur'an. Meski dengan jumlah yang tidak terlalu banyak, kegiatan ini menambah keakraban diantara jamaah masjid.
Tadarus dilaksanakan secara santai dengan capaian minimal khatam sekali dalam sebulan.
 Salah satu amalan yang sangat dianjurkan dilaksanakan pada bulan Ramadhan adalah memperbanyak membaca Al Qur'an.

Dengan membaca Al Qur'an, kaum muslim berharap menambah amal. Membacanya secara tartil membuat hati semakin lembut dan hidup. Rasulullah SAW bersabda bahwa dengan mempernyak membaca Al Qur'an, kelak pada Hari Kiamat, Al Qur'an akan datang kepada pembacanya dengan memberikan Syafaat.

Minggu, 13 Mei 2018

Ngustadz di Bulan Ramadhan

Bulan mulia di tahun 1439H segera hadir. Segenap persiapan menyeluruh mulai terlihat di masjid ataupun mushola. Ada yang sekedar sedikit berbenah hingga renovasi bangunan baru.

Semua dilakukan dalam rangka mempersiapkan menyambut Bulan suci Ramadhan di tahun 2018 M.

Bulan Ramadhan adalah bulan yang Istimewa bagi kaum muslimin di seluruh dunia. Segala bentuk peribadatan di maksimalkan di bulan ini, dengan harapan beroleh ampunan, pahala dan terjauh dari siksa neraka di akherat kelak.
Menempa diri di bulan Ramadhan 1439 H.

Majlis majlis ilmu memenuhi kegiatan berbagai masjid. Pagi, siang sore dan malam tidak terlepas dari proses pembelajaran agama, termasuk hari libur.

Dengan banyaknya forum keilmuan di masjid dan dengan bergulirnya waktu. Penceramah tua mulai berangsur mengurangi jam terbang karena faktor umur. dan Bulan Ramadhan ini sebagai momen pergantian estafeta penceramah muda menggantikan generasi yang sudah udzur.

Berproses menjadi seorang pembicara dengan tema keagamaan bukanlah hal yang mudah. Pertama dengan bekal ilmu agama yang memadai dan yang kedua adalah ketrampilan menyampaikan pesan muatan agama kepada umat.

Kedua hal diatas tidak bisa diabaikan dan saling berkaitan ketika seorang pembicara ingin mencapai keberhasilan.

Berawal dari pengajian kecil lingkup RT atau TPA di masjid terdekat, menjadi media latihan bagi calon Ustadz atau penceramah di kemudian hari. Belajar mencari tema yang sesuai, mencari referensi dan juga mencoba menerjemahkan dengan bahasa dan budaya tempat dia tinggal.

Di Bulan Ramadhan ini, terlihat muka muka baru imam dan khatib di berbagai tempat. Sebagian mengalami kegagalan karena kurangnya latihan di forum forum yang lebih kecil. Mana hafalan yang hilang lenyap ketika ngimami. Materi ceramah tak karuan juntrungnya kesana kemari tanpa kesimpulan yang jelas.

Itu semua menjadi penanda, kekurangsiapan dari calon ustadz masa depan.

Menjadi penyeru kebenaran (baca:Ustadz) bukanlah cita cita yang sepele dan remeh. Di bahunya sandaran beban umat yang semakin berat dari tahun ke tahun. Problematika umat semakin kompleks dan beragam. Kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar.

Sudah saatnya menempa diri di bulan Ramadhan untuk bersama menjadi manusia mulia.

Sabtu, 12 Mei 2018

Lebih dari Sekedar Transaksi

Anda seorang pedagang?  Salah satu yang membahagiakan bagi seorang pedagang adalah terjadinya kesepakatan harga (deal) dengan pembeli. Berapapun nilai sebuah transaksi tentu disitu sudah jelas ada faktor untung dari nilai pembelian barang. Sisa keuntungan inilah yang menjadi tujuan akhir sebuah jual beli.
Seorang bapak menunjukkan arloji kesayangan hadiah dari sang istri.

Dalam bisnis online, faktor kepercayaan menjadi nilai yang begitu berharga. Maka, pedagang online sangat berhati hati dalam melakukan transaksi. Kualitas barang sangat diperhatikan dan juga sejarah bertransaksi.

Pedagang online yang kepingin lestari dan menjadi besar, tentu sangat menjaga kualitas transaksinya. Ketika sekali saja terjadi kekecewaan dengan pembeli, hal itu bisa mengurangi calon pembawa rezeki di kemudian hari.

Selain dari itu, transaksi yang saling menguntungkan kedua belah pihak acapkali menumbuhkan semangat persaudaraan yang semakin erat. Dalam pelajaran biologi terdapat istilah mutualisme.

Beberapa saat lalu, ada seorang ibu guru dari Lampung ingin memberikan hadiah jam tangan kepada suaminya. Karena tau dengan saya sama sama satu daerah maka dia menstransfer sejumlah uang untuk sebuah jam tangan. Setelah beberapa saat, arloji sampai ke Lampung.

Sebelum sampai ke tangan ibu yang beli, ternyata paketan ngendon cukup lama di kantor pos kecamatan setempat. Ibu guru ini sempat ketar ketir dengan nasib paketannya. Uang sudah terlanjur di transfer, sementara barang belum sampai.

Setelah beberapa hari, barulah paket jam tangan sampai ke tangan ibu pembeli ini. Cara setting arloji juga masih belum paham, maka dia sempat beberapa kali telpon cara mensettingnya.

Tidak begitu lama, ibu pembeli memposting gambar suaminya yang sudah memakai arloji hadiah istimewa tersebut.

Berawal dari sinilah, saling sapa dan tukar informasi berlanjut akan bersilaturahmi ketika akan mudik di Jogja. Transaksi acapkali membawa kebahagian jika sesuai kesepakatan.

Selasa, 08 Mei 2018

Lomba Antar TPA & Dongeng Anak

Berikut Foto foto kegiatan Lomba Antar TPA & Dongeng Anak yang diselenggarakan FOSITABA Forum Silaturahmi TPA Bantul Barat pada hari Ahad, 29 April 2018 di Masjid Al Aman Kresen Bantul Bantul Yogyakarta.

Peserta TPA Masjid Baitul Muqoddimah Teruman Bantul, TPA Nurul Ikhsan Geblag Bantul, TPA Al Aman KResen, TPA Al Hidayah Grujugan dan TPA Khusnul Khatimat Grujukan Lor Bantul.

Pengkisah Islam Kak Ari dari Bambanglipuro.

Add caption














This entry was posted in

Dilema Petani Bantul

Sebagian besar petani saat ini di wilayah Kab Bantul (mungkin yang lainnya juga ya) rerata berusia diatas limapuluh tahun. Kerap dijumpai di persawahan yang kita lalui orang orang tua yang seharusnya istirahat di rumah, masih terlihat bekerja keras diantara lumpur dan air.
foto:dream

Sudah menjadi fenomena umum, sebagian kaum muda di Bantul lebih suka untuk bekerja sebagai selain petani. Karena menggarap sawah tidak menjanjikan masa depan yang cerah, begitu kira kira benak para pemuda.

Lahan yang mulai menyusut dengan didirikannya bangunan, kebutuhan tempat tinggal menjadi salah satu sebab berkurangnya lahan pertanian. Sebagian keluarga bahkan lebih senang menjual sawahnya, hasil dari jual sawah dipergunakan untuk mencari pekerjaan atau sebagai modal usaha. Ya karena itu tadi, sawah belum mampu menawarkan masa depan yang gilang gemilang.

Ketidak tertarikan kaum muda menggarap sawah bisa terlihat dengan sedikitnya mereka terjun langsung membantu keluarganya menggarap sawah. Saat ini, sangat sulit mencari para penandur benih untuk di sebar di sawah. Orang tandur sudah semakin langka.

Jika hal semacam ini, menjangkiti pikiran para pemuda sebagai pewaris penggarap sawah, bisa dipastikan sawah sawah di Bantul semakin drastis berkurang.

Selayaknya berbagai pihak yang berkompeten dalam hal urusan pangan rakyat, memperhatikan dan menumbuhkan kesadaran para kaum muda untuk kembali kesawah, melestarikan budaya keluarga petani. Toh, hal ini sebagai pekerjaan yang halal dan mulia.

Bantul, 08052018